Bincang Bisnis Di Padang Golf
BANYAKNYA
lapangan golf atau driving di Sulsel, tentu saja membawa rezeki bagi penjual alat dan perlengkapan golf. Konon sejak lima tahun lalu, penjualan perlengkapan golf ini naik rata-rata 20 persen. Di Sulsel, lapangan golf memang hanya di Baddoka, Kecamatan Biringkanaya, dan Tonasa Kab. Pangkep, namun driving range cukup banyak. Sebut saja misalnya di komplek Angkatan Udara, di Markas Kodam VII Wirabuana.Menurut informasi yang diperoleh dari pengelola lapangan golf Baddoka, di gerai yang menjual perlengkapan golf, setiap hari toko yang ada di lapangan itu bisa menjual beberapa set. Jumlah itu makin bertambah jika ada turnamen.
Peningkatan penjualan ini juga terjadi pada penjualan eceran. Artinya pembeli hanya membeli tongkat golf secara satuan tergantung kebutuhannya. Yang terakhir ini yang dicari sangat beragam, mulai tongkat dengan kepala kayu (wood) yang digunakan untuk pukulan jauh, metal (iron) untuk pukulan jarak menegah, serta putter yaitu tongkat yang digunakan untuk memasukkan bola ke lobang (hole). Masing-masing jenis ini terdiri dari beberapa seri, yang membedakan adalah beratnya.
Seiring dengan peningkatan penjualan stik itu, otomatis diikuti pula dengan peningkatan penjualan aksesoris dan perlengkapan lain, seperti sarung tangan, tas, tie, kaos ,dan bola golf.
Beberapa merek yang banyak diminati para pegolf, di antaranya S-yard, Ena, Maruman, Mizuno, dan Callaway. Sebatang tongkat S-yard seharga sekitar Rp 2 juta, karena bahannya campuran titanium. Merek Callaway harganya berkisar pada angka Rp 5 juta per set, Maruman dan Mizuno antara Rp 2 juta hingga Rp 4 juta per set.
Sebenarnya golf bukanlah olahraga mahal. Harga perlengkapannya memang jutaan, tetapi sekali beli bisa digunakan selama 20 tahun. "Ya kecuali bola. Karena bola itu gampang hilang jadi hampir setiap main pasti beli," sebut Tauran.
Untuk bola ini, pemakaian rata-rata antara 100 lusin - 200 lusin, dengan harga yang bervariasi, antara Rp 40 ribu hingga Rp 85 ribu/lusinnya. Banyaknya kebutuhan bola, seiring pula dengan munculnya banyak golfer pemula. Bisa dibayangkan, kebutuhan bola setiap pemain jika seorang pemula bermain dua kali seminggu.
Soal sewa menurut Tauran, cukup merah karena hanya Rp 15.000 sekali main. Apa yang dikatakan golfer itu memang betul, apalagi jika dibandingkan dengan sewa lapangan tenis yang luasnya beberapa meter saja dengan sewa Rp 30 ribu per jam. Sementara lapangan golf yang memiliki 18 hole saja minimal seluas lima hektar. Yang menjadikan golf seolah olah raga yang mahal, sebenarnya, ya para golfer sendiri.
Beberapa golfer yang dihubungi mengakui, untuk kaos golf, umpamanya, cukup mengeluarkan Rp 10 ribu saja. Tetapi karena gengsi, beberapa golfer membeli kaos yang harganya Rp 500 ribu.
Sejumlah penjual alat olahraga, yang juga menjual peralatan golf mengakui, tidak ada kiat khusus untuk melariskan jualannya, kecuali memperluas pergaulan dengan semua orang yang terkait dan suka dengan olahraga itu, mulai dari para olahragawan, pengusaha, hingga pejabat pemerintahan.
Banyak orang bilang, golf itu olahraga elit. Hanya orang kaya yang bisa menjangkau. Maklum, harga tongkat pemukulnya saja, minimal, ratusan ribu rupiah. Belum lagi sepatu dan aksesoris lainnya. Bahwa golf menjadi mainan orang kaya, itu wajar. Pemukulnya saja jutaan rupiah. Dan orang kaya, konon, tak begitu peduli harga.
Ketua Hipmi Sulsel, Rusdin Abdullah, investasi untuk main golf tidak terlalu besar, semuanya tergantung pada golfer-nya mau pilih alat yang bagaimana.
Rusdin sendiri telah dikenal luas sebagai golfer yang hebat. Setidaknya, dengan latihan rutin hampir setiap pekan dan rajin mengikuti turnamen, entah itu di Bali, Bandung, Jakarta maupun Batam selalu diikutinya. Ia pun telah mencatat prestasi tertinggi: hole in one.
Pengusaha muda Sulsel, kini juga mengembangkan olahraga golf ini, setelah tenis. Sebutlah misalnya yang dilakukan mereka yang tergabung dalam Hipmi dan Yusran Dkk dari REI Sulsel yang belum lama ini menggelar turnamen terbuka dengan mengundang mitra kerjanya, termasuk direksi sejumlah bank. "Selain olahraga, ya, bisa dimanfaatkan rekan-rekan untuk lobi bisnis," ujar Andi Idris Manggabarani, pengurus REI yang menjadi ‘inspirator’ kegiatan itu dengan nada canda.
Banyak juga orang yang ikut kejuaraan karena tergiur hadiah. Sekali pukul dan masuk, alias hole in one, dapat mobil, rumah, dan hadiah lainnya. Hadiah door price saja, bisa berupa motor, lemari es keluaran terakhir. (us)